Skincare Virus
  • Home
  • About Me
  • Content
    • Lifestyle
    • Beauty Articles
    • Reviews
  • Contact Us

(VERY IMPORTANT! LAKI-LAKI GAK HARUS MACHO, KALIAN BISA AJA KOK BERSIKAP LEMAH LEMBUT. LUVV 💚🐻) Hello Peeps! Apa sih yang terbesit di benak kalian setiap mendengar kata maskulin? Pasti enggak jauh dari laki-laki yang ‘tough’ atau kuat, kan? Sayangnya, karena selalu dituntut menjadi kuat, laki-laki sebenarnya sering dirugikan loh! Hal ini kerap disebut toxic masculnity atau maskulinitas beracun. Salah satu contohnya yaitu menganggap laki-laki yang menggunakan skincare sebagai laki-laki yang kurang atau tidak maskulin Kenapa maskulinitas bisa jadi toxic?
Dengan adanya patriarki, laki-laki selalu dituntut untuk menjadi nomor satu atau setidaknya berada di atas perempuan. Laki-laki harus selalu kuat dalam segala situasi dan kondisi. Laki-laki juga tidak boleh bersikap feminin sama sekali. Akibatnya, laki-laki menjadi terbatas dalam mengekspresikan dirinya, misalnya tidak boleh menangis atau harus kuat menahan sakit Apa hubungan toxic masculinity dan skincare?
Toxic masculinity jelas membatasi laki-laki dalam menggunakan skincare. Ini terjadi karena masih banyak masyarakat yang menganggap perawatan kulit sebagai hal yang feminin atau ‘kecewek-cewekan’. Laki-laki yang menggunakan skincare sering diasosiasikan sebagai laki-laki yang tidak macho.
Padahal jika kita telaah, baik laki-laki maupun perempuan berhak menjaga kesehatan mereka, termasuk kesehatan kulit. Selain itu, kulit juga merupakan organ penting bagi manusia. Fungsi kulit yang utama yaitu sebagai sistem imunitas nonspesifik yang melindungi kita dari bahaya lingkungan sekitar, seperti sinar ultraviolet dan mikroorganisme patogen Jadi... Jelas banget kan, kalau laki-laki juga boleh pakai skincare. Jangan pernah anggap laki-laki yang pakai skincare tuh enggak macho. Buat para laki-laki, jangan takut dibilang enggak macho hanya karena pakai skincare. Duit kamu, wajah kamu, ya kali mereka yang ribet!

 

Ketika ditanya tentang skin goals, kebanyakan dari kita bakal menjawab “kulit yang mulus”, “kulit yang bebas jerawat dan bekasnya” dan pernyataan lain sejenis ini. Skin goals yang seperti ini sering dijadikan patokan keberhasilan seseorang dalam merawat kulitnya. Mungkin bagi sebagian orang mencapai skin goals adalah hal yang mudah. Tapi bagi beberapa orang lain, hal ini bisa jadi sesulit mencari jarum dalam tumpukan jerami.

Aku bakal sedikit bercerita pengalamanku tentang skin goals. Dulu, aku bercita-cita punya kulit mulus sebelum ospek di kampus. Alhasil aku berusaha buat membasmi jerawat sekaligus bekasnya dalam waktu singkat. Aku dulu sering kelepasan pas belanja skincare. Aku beli berdasarkan tren, bukan berdasarkan kebutuhan kulitku. Pokoknya dulu boros banget deh.

Singkat cerita, beberapa hari lagi aku bakal masuk kuliah pertama tapi skin goals-ku belum tercapai juga. Sedih dan kecewa banget tentunya. Tiap lihat orang yang kulitnya mulus, pasti aku langsung minder. Suatu saat aku mikir “Ngapain sih aku begini?”, “Sampai kapan aku mau minder terus? Toh aku kan udah usaha semampuku”.

Dari sana, aku mulai berkenalan lebih jauh sama kulitku. Pelan-pelan aku jadi mengerti siklus kulitku itu dimulai dari : jerawat hormonal tiap menstruasi – jerawat sembuh – berbekas – bekasnya pudar – jerawat hormonal lagi. Itu artinya susah banget bagiku buat terbebas sepenuhnya dari jerawat dan bekasnya. Dan aku pikir aku mulai bisa menerima kondisi kulitku ini. Yang penting aku sudah berusaha menjaga agar kulitku berada di kondisi yang terbaik. Untuk sisanya yang di luar kuasaku, aku coba terima dengan ikhlas. Tuhan pasti punya rencana dibalik semua keadaan ini.

Setelah aku terapkan mindset ini, aku jadi merasa lebih happy sama kulitku sendiri. Aku jadi lebih jarang membandingkan diriku dengan orang lain yang phisically lebih good looking. Alhasil aku jadi lebih fokus buat mengembangkan potensi yang aku punya deh, tanpa takut judgement orang lain tentang kondisi kulit dan fisikku.

Kesimpulannya, menurutku skin goals itu adalah dimana kamu bisa mengenali dan menerima kondisi kulitmu yang enggak selalu dalam kondisi terbaik. Kamu bisa tetap happy saat kamu bercermin dan berkata “Oh, aku cantik juga ya walaupun jerawatan”. Tapi bukan berarti juga kamu boleh acuh sama kulitmu. Usaha itu harus. Nah, kalau hasilnya enggak sesuai ekspektasi, padahal kamu sudah melakukan yang terbaik, coba untuk ikhlas. 

Aku tau, menerapkan mindset ini tuh sulit banget. Apalagi banyak komentar-komentar negatif di sekitar kita. Bahkan kadang komentar negatif itu datangnya dari orang terdekat, termasuk keluarga sendiri. Tapi trust me, yang paling kenal sama kondisi kita tuh adalah diri kita sendiri. Jadi sebenernya komentar-komentar orang tuh bisa dibilang enggak valid. Mereka hanya melihat luarnya aja tanpa tau apa yang sebenarnya kta usahakan.

Hello Peeps! Pasti kalian udah sangat familiar dong dengan paraben. Yap, belakangan ini reputasi paraben sempat menurun karena diduga dapat memicu terjadinya kanker payudara. Tapi apakah rumor tersebut benar? Yuk kita buktikan sama-sama!

Apa itu paraben?

Paraben adalah salah satu jenis pengawet yang biasa digunakan di berbagai industri, termasuk industri kosmetik, makanan, bahkan obat-obatan. Paraben biasanya didapat dari para-hydroxybenzoic acid yang secara alami terdapat pada beberapa tumbuhan seperti wortel dan ceri.

Paraben bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti fungi dan bakteri yang bersifat merugikan. Maka dari itu, penggunaan paraben dapat memperpanjang masa simpan produk dan juga melindungi konsumen dari bahaya mikroorganisme yang dapat tumbuh pada produk.


Penelitian terkait paraben

Penelitian berjudul “Concentration of Parabens in Human Breast Tumor” yang dilakukan oleh Dr. P. D. Dobre dan rekan-rekannya menjadi viral di tahun 2004. Penelitian ini menyatakan bahwa beberapa jenis paraben yang digunakan bersamaan diduga dapat memicu pertumbuhan sel terkait kanker payudara. Uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu in vitro, artinya uji dilakukan menggunakan kultur di luar tubuh makhluk hidup (biasanya di cawan petri). Uji in vitro sendiri memiliki kelemahan yaitu tidak menggambarkan lingkungan aslinya (tubuh makhluk
hidup).

Menanggapi viralnya penelitian, Dr. Dobre mengunggah klarifikasi bertuliskan:
“Nowhere in the manuscript was any claim made that the presence of parabens had caused the breast cancer, indeed the measurement of a compound in a tissue cannot provide evidence of causality.”

Paraben sendiri memang punya bentuk yang mirip dengan esterogen, hormon yang dikaitkan dengan kanker payudara. Maka dari itu, paraben dapat meniru esterogen dan berikatan pada reseptor esterogen. Akibatnya, pertumbuhan sel pun menjadi lebih masiv sehingga
memperbesar kemungkinan terjadinya mutasi sel. Tapi, agar hal tersebut terjadi, dibutuhkan konsentrasi paraben yang tinggi. Sedangkan konsentrasi paraben yang terpapar pada manusia jumlahnya sedikit.


Ada yang lebih kuat dari paraben

Bukan hanya paraben yang memiliki bentuk mirip esterogen, senyawa fitoestrogen yang terdapat pada beberapa tumbuhan seperti kacang kedelai ternyata 10.000 kali lebih kuat dibanding paraben.


POIN PENTING

- Kebanyakan penelitan tentang paraben menggunakan metode in vitro
atau in vivo pada hewan sehingga tidak kurang dapat menggambarkan kondisi sesungguhnya pada manusia.
- Penelitian biasanya menggunakan paraben dalam konsentrasi tinggi, tidak sebanding dengan konsentrasi paraben yang terpapar pada manusia
-  Pengawet alami belum dapat dipastikan 100% aman karena kurangnya penelitian terkait
- FDA dan BPOM masih mengizinkan peredaran produk dengan kandungan paraben dalam jumlah yang tidak melebihi ambang batas aman.



Lagi-lagi keputusan ada di tangan kalian masing-masing. Aku pribadi masih oke-oke aja pakai produk dengan kandungan paraben dalam jumlah wajar karena memang bukti bahwa paraben menyebabkan kanker payudara belum jelas.



SUMBER
https://www.fda.gov/cosmetics/cosmetic-ingredients/parabens-cosmetics
https://labmuffin.com/should-you-be-avoiding-parabens-the-science/
https://www.chemicalsafetyfacts.org/parabens/
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/jat.958
https://cdn.breastcanceruk.org.uk/uploads/2019/08/BCUK_EDC_brief_v2_20.9.18.pdf
https://cdn.breastcanceruk.org.uk/uploads/2019/08/Full_brief_parabens_v2_nw.pdf


Hello Peeps! Apakah kalian punya masalah dengan pori-pori wajah?
Punya masalah dengan pori-pori memang bikin kesal ya. Apalagi kalau pakai makeup, pasti finishnya jadi kurang flawless deh. Untungnya, aku diberi kesempatan mencoba Pore Tightening Skincare Series dari One-Day’s you. Seri Pore Tightening ini cukup lengkap, mulai dari dari facial foam, toner, pad, serum ampoule, dan pelembab.

Buat kalian yang belum tahu, One-Day’s you adalah salah satu merek kecantikan asal Korea Selatan. One-Day’s you menggunakan bahan-bahan yang berasal dari alam. Maka dari itu, PAO produk mereka rata-rata lumayan cepat, yaitu sekitar 6 bulan aja.

Dalam Seri Pore Tightening ini, One-Day’s you menggunakan bahan spesial, yaitu AC Tannin Factor. AC Tannin Factor sendiri merupakan bahan yang dipatenkan One-Day’s you yang terdiri dari witch hazel water dan ektrak 8 tanaman yang kaya akan tannin, yaitu:
1. Diospyros Kaki Leaf Extract
2. Zanthoxylum Piperitum Fruit Extract
3. Polygonum Cuspidatum Root Extract
4. Castanea Crenata Shell Extract
5. Green Tea Extract
6. Grape Extract
7. Safflower Flower Extract
8. Coffee Seed Extract
Fungsi dari AC Tannin Factor yaitu untuk mengontrol produksi sebum sehingga dapat mengurangi tampilan pori yang besar.


Segitu aja penjelasan awalnya. Sekarang langsung ke review-nya yuk!


Pore Tightening Foaming Cleanser

Sabun wajah ini dikemas dalam botol pump berukuran 120ml dan dilengkapi box berisi keterangan produk. Pump-nya sendiri bisa membuat busa secara otomatis. Jadi kalian enggak perlu membusakan produknya di tangan sebelum dipakai. Tinggal pump aja, langsung ready!

Aroma dari produk ini mirip herbal, earthy gitu. Seperti yang kalian tahu, aku suka banget sama aroma sejenis ini. Aromanya tuh bikin rileks setelah seharian beraktivitas.

Jadi awalnya produk ini bentuknya cair, tapi begitu ditekan pump-nya akan terbentuk busa. Busanya sendiri benar-benar lembut dan fluffy, mirip whipped cream! Hehe. Jujur, aku sempat skeptis sama sabun cuci muka yang berbusa karena biasanya bikin kering setelah dibilas. Ternyata, produk ini enggak menimbulkan rasa kering dan ketarik di wajahku loh!

Derajat keasaman (pH) produk ini juga mendekati pH kulit wajah, yaitu sekitar 6. Jadi bisa dipastikan kalau produk ini sangat minim iritasi dan enggak akan membuat skin barrier rusak. So, buat kalian yang punya kulit sensitif boleh banget coba cleanser ini!



Pore Tightening Toner`

Toner yang satu ini dikemas dalam botol plastik doff berukuran 150ml dan dilengkapi dengan box berisi keterangan produk. Ukuran botolnya enggak terlalu bulky, jadi masih aman buat dibawa travelling. Produk ini juga menggunakan tutup ulir yang bikin toner di dalamnya enggak gampang tumpah.

Aromanya masih sama dengan cleansernya, herbal earthy gitu. Teksturnya sendiri sangat watery. Awalnya, aku kira finishnya bakal kurang lembap karena teksturnya yang cair. Tapi ternyata lembapnya pas! Produk ini juga mempercepat penyerapan produk skincare setelahnya.

Aku pribadi suka banget layering toner ini karena enggak bakal bikin greasy. Memang pas pakai produk ini lama kelamaan bakal kerasa sedikit panas (IT’S NORMAL!) karena kandungan AC Tannin Factor yang tadi disebutkan di atas. But, it’s not a big problem for me.

Derajat keasaman (pH) produk ini sedikit asam, yaitu di kisaran 5. pH yang sedikit asam ini memiliki fungsi untuk menyeimbangkan kembali pH wajah setelah cuci muka. Jadi, wajib banget pakai toner setelah cuci muka ya!



Help Me Pore T-Pad

Produk ini dikemas dalam jar yang berisi 60 sheets pad. Dilengkapi juga dengan box yang tertulis keterangan lengkap produk dalam bahasa Inggris maupu Korea.

Pad ini mempunyai 2 sisi yang berbeda, sisi kasar (untuk exfoliating) dan sisi halus (untuk moisturizing). Material yang digunakan sangat lembut, bahkan sisi kasarnya aja menurutku masih aman dipakai untuk kulit sensitif sekalipun. Cairan yang terserap di pad-nya pas, enggak netes-netes.

Aromanya masih sama dengan produk seri Pore Tightening lainnya, yaitu aroma herbal yang soft. Aku pribadi suka sama jenis aroma ini karena bikin rileks. Buat kalian yang enggak suka aroma herbal, menurutku ini masih bisa ditoleran kok. Oiya, produk ini juga perfume free dan colorant free loh! Jadi warna dan aromanya memang alami dari bahan yang terkandung di produk ini, tanpa tambahan artificial perfume atau pigment.

Aku biasa pakai produk ini dua hari sekali di step akhir cleansing (sebelum toner). Saat awal pemakaian, pad ini bikin wajah jadi panas. Tapi lama kelamaan wajahku jadi terbiasa dan enggak kerasa panas lagi.

Pad ini membantu banget buat ngebersihin sisa-sisa kotoran yang enggak terangkat sempurna saat cleansing. Kalau malamnya pakai ini, pasti paginya wajah tuh jadi lebih halus. Me likey! Makanya, produk ini menurutku adalah produk paling worth it di Pore Tightening Series.



Pore Tightening Cream

Kemasan yang digunakan adalah jar yang dilengkapi dengan spatula untuk mengambil produk di dalamnya. Terdapat juga box yang berisi keterangan produk dalam bahasa Inggris maupun Korea.

Produk ini memiliki tekstur gel yang ringan dan mudah menyerap. Sangat cocok digunakan sebagai AM maupun PM moisturizer. Produk ini juga oily skin friendly.

Aroma produk ini lagi-lagi masih sama dengan produk sebelumnya, yaitu aroma herbal yang bikin rileks. Produk ini juga fragrance & colorant free. Jadi, bagi kalian yang punya kulit sensitif enggak perlu khawatir!

Selain pad-nya, pelembap ini juga jadi salah satu produk favorit aku. Saat menyentuh kulit, pelembap ini ninggalin sensasi dingin di wajah. Selain itu, teksturnya juga ringan banget dan gampang menyerap juga. Lembapnya enggak over, masih pas dipakai di cuaca panas.



Overall, aku cukup puas dengan produk dari seri Pore Tightening ini. Perubahan yang paling aku notice yaitu tekstur wajah jadi membaik. Efek soothing produk-produk seri Pore Tightening ini juga oke banget! Kemerahan di pipiku amat sangat berkurang setelah 9 hari pemakaian. Namun, karena pori-pori wajahku enggak terlalu besar, rasanya produk ini tidak terlalu memberi efek yang signifikan untuk mengecilkan tampilan pori.

Jika tertarik dengan produk-produk dari One-Day’s you, kalian bisa membelinya di Near & Dear Indonesia (nearndear.id) via Shopee atau tekan tautan ini.


Hello Peeps! Siapa diantara kalian yang punya masalah dengan hiperpigmentasi atau warna kulit tidak  merata? Yuk sini kumpul bareng, hehehe. Nah, kebetulan banget kali ini aku akan membahas salah satu serum yang punya klaim mencerahkan wajah. Yap! Siapa lagi kalau bukan Jumiso All day Vitamin Brightening and Balancing Facial Serum.  Langsung aja~


Komposisi
Hippophae Rhamnoides Fruit Extract, Methylpropanediol, Glycerin, Niacinamide, Dipropylene Glycol, Sodium Hyaluronate, PEG-40 Hydrogenated Castor Oil, Centella Asiatica Extract, Polygonum Cuspidatum Root Extract, Scutellaria Baicalensis Root Extract, Camellia Sinensis Leaf Extract, Glycyrrhiza Glabra (Lico-rice) Root Extract, Chamomilla Recutita (Matricaria) Flower Extract, Rosmarinus Officinalis (Rosemary) Leaf Extract, Panthenol, Betaine, Ascorbic Acid, Hydroxyacetophenone, Pentylene Glycol, Caprylyl Glycol, Buty-lene Glycol, Chlorphenesin, Carbomer, Arginine, Disodium EDTA, Pelargonium Graveolens Flower Oil, Cym-bopogon Martini Oil, Cananga Odorata Flower Oil, Citrus Aurantium Bergamia (Bergamot) Peel Oil, Rosa Damascena Flower Oil.

Dari komposisi di atas, kalian bisa lihat ada beberapa bahan pencerah wajah seperti Niacinamide, Ascorbic Acid dan Licorice. Efek antioksidan juga bisa kalian dapatkan dari  Hippophae Rhamnoides Fruit Extract alias Sea Buckthorn. Ada juga Centella dan Panthenol yang dapat memperbaiki skin barrier serta Sodium Hyaluronate yang mampu melembabkan wajah kalian. Tapi sayangnya, serum ini mengandung PEG-40 Hydrogenated Castor Oil, yang mana dapat memicu fungal acne.



Kemasan
Serum ini dikemas dalam botol kaca ukuran 30ml. Botolnya itu cantik dan fotogenik banget loh, Peeps. Botolnya bening, jadi kalian bisa tau seberapa banyak isi serum yang ada di dalamnya. Aku juga tidak menemukan kendala selama memakai pipetnya.

Oh iya, serum ini juga dilengkapi box yang berisi keterangan produk. Sayangnya, mamaku enggak sengaja membuang boxnya, huhuu.



Tekstur
Jujur, awalnya aku lumayan takut serum ini tuh teksturnya enggak nyaman karena di komposisinya enggak ada air (distiled water) sama sekali. Juga, aku pernah punya pengalaman enggak enak sama serum non-water based. Tapi ternyata serum ini teksturnya bener-bener watery, cepet banget menyerap dan enggak greasy sama sekali.



Aroma
Aroma serum ini mirip-mirip aroma jeruk yang manis gitu, bukan yang kecut ya. Aromanya enggak overwhelming, subtle banget dan gampang hilang setelah beberapa menit setelah pemakaian.



Cara Pemakaian
Setelah menggunakan toner, ambil serum secukupnya dan aplikasikan secara merata pada wajah yang telah dibersihkan. Tepuk secara lembut agar produk dapat terserap lebih baik.



Performa
Jujur, aku bingung banget gimana performa serum ini di kulitku. Love-hate relationship gitu lah. Waktu kulitku lagi berjerawat, serum ini malah memperparah jerawatnya. Tapi kebalikannya, saat kulitku lagi oke-oke aja, serum ini justru membantu mengurangi hiperpigmentasi dan warna kulitku yang enggak merata.

Jadi, aku hanya pakai serum ini saat kulitku lagi dalam kondisi yang baik, biasanya habis menstruasi. Untung aja serum ini PAOnya cukup lama, yaitu 12 bulan, jadi enggak khawatir takut mubadzir deh! Oh iya, serum ini teksturnya sangat watery dan enggak ngasih kelembapan yang cukup di kulitku. Jadi setelah pakai serum ini, aku biasanya pakai serum atau ampoule yang lebih lembap. Atau bisa juga sebelumnya pakai berlapis-lapis hydrating toner.

Derajat keasaman (pH) serum ini sekitar 5-6, hampir mirip dengan pH kulit alami kita. Jadi harusnya serum ini minim iritasi.



Kalian bisa membeli serum ini di Style Korean Indonesia, via Shopee atau Web (bisa juga di e-commerce kesayangan kalian ya!) dengan hargan sekitar Rp380.000

Belakangan ini produk fermentasi sedang digandrungi oleh masyarakat karena memiliki segudang manfaat bagi tubuh. Tidak heran, kita dapat dengan mudah menemukan produk fermentasi dalam kehidupan sehari-hari , baik dalam olahan makanan, minuman, bahkan perawatan kulit.

Misalnya saja masker kefir yang sempat hype beberapa tahun lalu. Tapi apakah benar kefir dapat dijadikan perawatan kulit? Apa saja kandungan serta manfaatnya bagi kulit? Apa ada efek sampingnya? Untuk tahu jawabannya, yuk simak tulisanku berikut!

Overview

Kefir diduga berasal dari Caucacus, yaitu area diantara Laut Kaspia dan Laut Hitam. Secara tradisional, kefir dibuat dengan cara mencampurkan susu dengan ‘biang’ kefir. Susu yang digunakan dapat berupa susu kambing, sapi, domba, bahkan unta. ‘Biang’ kefir memiliki bentuk mirip dengan kembang kol yang mengandung kumpulan bakteri asam laktat, bakteri asetat, khamir, dan fungi.

Mikroflora (kumpulan mikroorganisme) yang terkandung dalam kefir bervariasi, tergantung jenis ‘biang’, media kultur, dan pengolahannya. Tapi umumnya kefir mengandung bakteri seperti Lactobacillus kefir, Lactobacillus kefirogranum, and species of leuconostocs, lactococci, lactobacilli dan fungi seperti Saccharomyces kefir, Candida kefir, and Torula spp.

Manfaat kefir untuk kulit

Selain probiotik, kefir juga  mengandung beragam komponen bioaktif seperti peptide, polisakarida dan asam organik yang memiliki peran penting dalam skincare. Berikut manfaat kefir bagi kesehatan kulit.

Mencerahkan kulit dan mencegah hiperpigmentasi
Kefir mengandung peptide dan asam laktat (lactic acid) yang mampu menekan produksi tyrosinase. Tyrosinase sendiri merupakan enzim untuk memproduksi melanin (pigmen kulit). Artinya, jika tyrosinase berkurang, pembentukan melanin pun akan terhambat sehingga hiperpigmentasi ataupun noda hitam dapat dicegah.

Mengatasi jerawat
Asam laktat dalam kefir mampu mencegah pertumbuhan bakteri penyebab jerawat, yaitu Propionibacterium acne. Diketahui bahwa P. acne tetap stabil dalam pH 5-8, jika kurang dari itu P. acne akan mati. Disini, asam laktat berperan menurunkan pH hingga kadar yang tidak dapat ditolerir P. acne sehingga efektif mengatasi jerawat.

Memperbaiki skin barrier
Probiotik yang terkadung dalam kefir salah satunya adalah Bifidobacterium. Seperti yang sudah pernah aku bahas, bifidobacterium dapat memperbaiki lapisan pelindung kulit yang rusak. Akibatnya, kulit kita akan menjadi lebih resisten terhadap gangguan fisik maupun kimia.

Efek samping

Efek samping yang umum dirasakan adalah tingling sensation, terutama bagi  mereka yang memiliki kulit sensitif. Hal ini karena kandungan asam laktat dalam kefir yang merupakan salah satu exfoliant dari jenis AHA (Alpha Hydroxyl Acid). Tingling sensation saat menggunakan kefir sangatlah wajar, sama halnya ketika kita menggunakan produk exfoliating lainnya. Ini membuktikan bahwa asam laktat sedang bekerja mengangkat sel kulit mati.

Penggunaan

Karena kandungan AHA-nya, kefir sebaiknya hanya digunakan 1-3 kali seminggu. Ini dilakukan untuk mencegah over-exfoliate yang membuat kulit kalian akan lebih sensitif nantinya.



Further Read
https://www.ajas.info/upload/pdf/147.pdf
https://www.sciencedirect.com/topics/food-science/kefir

Hello Peeps! Familiar dengan frasa ‘comedogenic scale’ atau ‘comedogenic rating’? Beberapa waktu lalu, aku membaca sebuah penelitian (publikasinya sudah lama sih) tentang comedogenic scale atau skala komedogenik. Ternyata eh ternyata, banyak miskonsepsi dan perdebatan tentang skala komedogenik ini loh. Mau tau? simak tulisanku berikut ya!


Apa itu skala komedogenik?
Sesuai namanya, skala komedogenik adalah skala (yaiyalah!) yang menunjukkan seberapa besar kecenderungan suatu bahan dapat menyebabkan timbulnya komedo. Seperti yang kita tahu, komedo terbentuk karena pori-pori yang tersumbat. Jadi, skala komedogenik juga dapat diartikan sebagai skala kecenderungan suatu bahan untuk menyumbat pori.

Ada enam skala komedogenik yang dimulai dari 0 hingga 5.
0 – Tidak menyumbat pori sama sekali
1 – Kemungkinan menyumbat pori sangat rendah
2 – Kemungkinan menyumbat pori cukup rendah
3 – Kemungkinan menyumbat pori sedang
4 – Kemungkinan menyumbat pori tinggi
5 – Kemungkinan menyumbat pori sangat tinggi


Komedo identik sekali dengan jerawat. Karena jerawat sendiri terbentuk oleh komedo yang meradang akibat infeksi bakteri (P.acne). Maka dari itu, kata non-comedogenic seringkali kita temukan pada klaim produk untuk acne-prone skin.


Kembali ke 1972
Saat itu, Kligman dan Mills memperkenalkan konsep acne cosmetica untuk pertama kalinya. Acne cosmetica merujuk pada jerawat yang muncul akibat penggunaan produk kosmetik dengan kandungan yang memicu timbulnya komedo. 

Tak lama setelahnya, mulai banyak peneliti yang mengembangkan model penelitian pada hewan untuk memprediksi aktivitas komedogenik pada manusia. Model yang paling sering dipakai yaitu ‘The rabbit ear model’. 
Telinga kelinci, yang mana lebih senstif dibanding kulit manusia, akan dioleskan bahan yang diuji. Setelah beberapa waktu, akan dilihat aktivitas penyumbatan pori yang terjadi. (Abis itu kita enggak tau nasib kelinci itu gimana!). Setelah dilakukan uji pada telinga kelinci, peneliti mengemukakan bahan-bahan yang menimbulkan komedo pada hewan, sebagai prediksi untuk manusia nantinya.

Sepuluh tahun kemudian, Kligman dan Mills kembali mempublikasikan penelitian yang menunjukkan bahwa tes yang dilakukan pada manusia hasilnya berbeda dengan tes yang dilakukan pada telinga kelinci. Menurutku, tes uji pada manusia juga bisa dibilang tidak terlalu valid karena kondisi kulit antara satu individu dengan individu lain pasti berbeda. Selain itu, sampel manusia yang diuji biasanya jumlahnya sedikit dan tidak mewakili populasi. Jadi, kemungkinan terjadi bias penelitian sangat besar.


Miskonsepsi skala komedogenik
Banyak yang mengira jika terdapat satu atau lebih bahan komedogenik di ingredient list suatu produk (misalnya coconut oil), sudah pasti produk tersebut komedogenik atau dapat menyumbat pori, sehingga tidak boleh dipakai oleh para pemilik kulit berjerawat. Konsep seperti ini jelas tidak benar. Faktanya, bahan yang memiliki skala komedogenik 4-5 pun akan tetap aman digunakan jika dalam konsentrasi rendah dan dilarutkan (dilute) dengan bahan lainnya. Maka dari itu, penting halnya untuk melihat ada di urutan keberapakah bahan dengan skala komedogenik tinggi tersebut. Jika ada di urutan akhir, fine-fine aja kok dipakai di kulit berjerawat.


Kalau begitu, skala komedogenik...
Skala komedogenik, yang berisi daftar bahan-bahan dengan kecenderungan menimbulkan komedo yang berbeda, tidak bisa dibilang tidak benar. Skala komedogenik bermanfaat untuk dijadikan preferensi sebelum menggunakan suatu produk kulit (terutama skala 4-5). Tapi, skala komedogenik juga bukan ukuran pasti bahwa produk tersebut menyebabkan komedo atau breakout pada kulit seseorang. Masih banyak faktor lain yang mempengaruhinya, seperti konsentrasi bahan serta  jenis dan kondisi kulit. Trust me, our skin is veryyy unique. Antara kulit individu satu dengan lainnya pasti berbeda. Apa yang cocok di orang lain, belum tentu cocok di kulit kalian. Apa yang hype dan bagus kata orang, belum tentu bagus bagi kalian. So, mari kita kenalan lebih dalam sama kulit kita sendiri!


FURTHER READ
A Re-Evaluation of the Comedogenicity Concept
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16488305/


Hello Peeps! Beberapa waktu lalu, aku dikirimkan dua produk skincare dari Naruko, yaitu Tea Tree Purifying Clay Mask & Cleanser in 1 dan Tea Tree Shine Control & Blemish Clear Mask (untuk sheetmasknya sudah aku review disini ya!).
Buat kalian yang belum tau, Naruko adalah salah satu brand skincare dari Taiwan yang mengusung konsep organic skincare, cruelty free dan paraben free. Menarik banget kan! Jujur, ini kali pertama aku mencoba produk skincare asal Taiwan loh, hehe.
Nah, sekarang aku akan mengulas produk dari Naruko yang bisa digunakan sebagai cleanser sekaligus clay mask. Multifungsi banget kan! Bagi kalian yang penasaran, langsung aja yuk simak ulasan dari aku!


Komposisi
Water, Kaolin, Lauryl Phospate, Lauryl Glucoside, Hectorite, Glycerin, Titanium Dioxide, Zinc PCA, Phenoxyethanol, Fragrance, Tremella Fuciformis Sporocarp Extract, Glycolic Acid, Jojoba Esters, Panthenol, Pentylene Glycol, Melaleuca Alternifolia (Tea Tree) Leaf Oil, Allantoin, Menthol, PEG-7 Glyceryl Cocoate, Sodium Benzoate, Kalanchoe Pinnata Leaf Extract, Camphor, Disodium EDTA, Polyquartenium-51, Tranexamic Extract, Mentha Viridis (Spearmint) Leaf Oil, Butylene Glycol, Piroctone Olamine, Hydrogenated Polydecene, Cetyl Ethylhexanoate, Iodopropynyl Butylcabamate, Arctium Lappa Root Extract, Melia Azadirachta Leaf Extract, Lens Esculenta (Lentil) Seed Extract, Retinyl Palmitate, Lecithin, Phospholipids, Artemisia Umbelliformis Extract, Calendula Officinalis Flower Extract, Camellia Sinensis Leaf Extract, Chamomilia Recituta (Matricaria) Flower Extract, Epilobium Fleischeri Extract, Ginkgo Biloba Leaf Extract, Glycyrrhiza Glabra (Licorice) Root Extract, Leontopodium Alpinum Extract, Peucedanum Ostruthium Leaf Extract, Scutellaria Alpina Flower/Leaf/Stem Extract, Potassium Sorbate, Sorbic Acid.

Yap, komposisinya memang tidak ‘ringkas’ ya. Berikut aku highlight beberapa komposisi pentingnya:
Brightening : Licorice Leaf Extract, Retinol, Tranexamic Acid
Anti acne : Licorice Leaf Extract, Melaleuca Alternifolia (Tea Tree) Leaf Oil, Retinol
Oil control : Kaolin, Allantoin, Menthol
Soothing : Green Tea Leaf Extract, Chamomile Flower Extract


Kemasan
Sama seperti produk Naruko lainnya, kemasan clay mask sekaligus cleanser ini desainnya sangat sederhana namun ‘enak dipandang’. Material botol tube-nya tidak seperti plastik pada umumnya yang keras dan bikin susah dipencet, melainkan materialnya lembut sehingga memudahkan kita mengeluarkan produk didalamnya. Tutupnya berjenis flip-top, jadi jangan khawatir bakal hilang.
Produk ini tidak dilengkapi dengan box. Namun, di bagian belakang botol sudah tertulis informasi yang sangat lengkap. Mulai dari kegunaan, cara pemakaian, komposisi, tanggal kadaluwarsa, hingga PAO produk. Semuanya ditulis dalam bahasa Inggris dan aksara Taiwan.


Aroma
Produk ini punya aroma pencampuran antara mint (dominan) dan tea tree. Sobat acne prone pasti sudah hafal lah ya aroma model begini. Aromanya juga tidak overwhelming dan tidak bikin pusing. I’m totally fine with the smell, malah aku suka karena kesannya lebih fresh.


Tekstur
Tekstur produk ini mirip banget sama tekstur-tekstur clay mask di luar sana, thick tapi mudah diratakan di wajah. Ada sedikit beads (butiran) kecil berwarna biru yang mungkin fungsinya sebagai scrub.


Cara pemakaian
1. Biarkan kulit agar tetap kering setelah dibersihkan
2. Oleskan masker pada wajah secara merata dan tebal hingga menutupi pori-pori, hal ini bertujuan untuk meningkatkan suhu permukaan kulit dan membantu pori-pori menyerap minyak dan kotoran. Diamkan selama 5 menit.
3. Pijat area T yang berminyak dengan sedikit air untuk mengatur keluarnya minyak serta membersihkan minyak dan kotoran. Gunakan masker ini sebagai masker deep cleansing seminggu sekali. 


Performa
Karena produk ini mengandung scrub, aku hanya pakai sekitar 2-3 kali seminggu. Walaupun butiran scrubnya tidak terlalu besar, tapi aku tetap tidak menyarankan pakai produk ini setiap hari (apalagi sebagai AM sekaligus PM cleanser).
Sesuai namanya, produk ini bisa digunakan dengan dua cara, yaitu sebagai clay mask dan sebagai cleanser. Aku sendiri lebih suka menggunakannya sebagai clay mask. Kalau dijadikan masker, aku biasa pakai cukup tebal (hanya di T-zone) kemudian aku diamkan 5 menit. Produk ini cepat kering kok, jadi pakainya tidak perlu lama-lama.
Efek yang aku rasakan setelah pakai produk ini adalah kemerahan di pipi berkurang. Pernah juga waktu itu di hidungku baru mau muncul jerawat. Y’all know, rasanya tuh gatal + sakit kalau dipegang. Aku inisiatif pakai ini malamnya sebagai clay mask. Amazingly, paginya si Calon Jerawat sudah tak ada di tempatnya!
Untuk dijadikan cleanser, aku biasanya pakai kalau merasa lagi butuh deep cleansing. Misalnya pas lagi make up berat, atau pas wajah lagi banyak clogged pores-nya. And it works! Aku selalu suka cleanser dengan scrub buat deep cleansing. Poin plusnya, produk ini mengurangi kemerahanku dan bikin wajah jadi lebih cerah setelah dibilas.
Oh iya, Purifying Clay Mask & Cleanser in 1 ini bikin wajah lumayan kering, tapi enggak sampai kerasa ‘ketarik’ kok. Jadi aku rasa tetap bisa digunakan di temen-temen yang tipe kulitnya kering, asalkan selalu gunakan produk yang melembabkan setelahnya.
pHnya memang tidak terlalu rendah macam cleanser pH balance di luar sana. Tapi masih di batas normal sabun kok, yaitu antara 6-7.




Over all, aku suka banget sama produk ini yang sukses nge-calming si Calon Jerawatku. Harganya sekitar Rp136.000 – Rp195.000 dan bisa dibeli di Shopee Mall Naruko Official, Website Naruko Indonesia, Sociolla, atau e-commerce kesayangan kalian. 


Membangun skincare regime yang baik memang perlu trial and error, terutama saat pertama kali mencoba suatu produk baru. Hal inilah yang dimanfaatkan banyak oknum untuk berinovasi menjual produk yang ukurannya mini, bisa sample/trial size, share in jar, maupun travel size. Ukuran produk skincare yang kecil ini memudahkan konsumen dalam banyak hal, misalnya:
1. Menilai mana produk yang lebih cocok
2. Meminimalisasi terbuangnya produk karena tidak cocok
3. Harga lebih terjangkau
4. Praktis dibawa saat perjalanan
5. Mengatasi rasa jenuh saat memakai satu produk saja


Seperti yang disebutkan di atas, ada berbagai jenis produk dengan ukuran kecil, yaitu share in  jar, travel size dan sample/trial size. Dilihat dari namanya, ketiga jenis ini tentu berbeda ya. Share in jar biasanya diproduksi oleh toko unofficial. Mekanismenya dengan membeli produk full size, kemudian dipindahkan ke tempat-tempat yang lebih kecil. Sedangkan, baik travel size maupun sample size biasanya diproduksi oleh toko official. Mekanismenya sama dengan produksi produk full size, hanya saja dikemas dalam kemasan yang lebih kecil.


Kekurangan Produk Share in Jar

Background photo created by freepik - www.freepik.com

1. Higienitas tidak terjamin
Produk share in jar tidak dikemas oleh pabrik yang terstandarisasi. Bisa saja terdapat tahap pengemasan yang kurang higienis, baik dari segi peralatan maupun pekerja yang mengemas. Misalnya penggunaan peralatan yang tidak steril, pekerja tidak mencuci tangan sebelum bekerja, bahkan bisa jadi ada pekerja yang berpotensi menularkan penyakitnya.

2. Harga lebih murah dibanding di toko official
Biasanya produk share in jar harganya lebih rendah dibanding produk sample/trial size. Hal ini bisa saja karena kemasan yang digunakan memiliki harga yang murah pula.

3. Tidak ada jaminan produk original atau tidak
Sekarang ini banyak sekali oknum tidak bertanggung jawab yang menjual produk KW alias palsu. Karena kita tidak mengetahui persis dari mana penjual membeli produk yang akan dijadikan share in jar, otomatis kita juga tidak bisa memastikan originalitasnya.

4. Manipulasi pencantuman tanggal kadaluwarsa dan PAO
Saat membeli produk share in jar, kita tidak tahu kadaluwarsa dan PAO produk. Bisa saja penjual salah ataupun memanipulasi tanggal kadaluwarsa atau PAO produk.

5. Kemasan tidak menunjang bahan aktif dalam skincare
Terkadang, suatu produk skincare mengandung bahan aktif yang memerlukan perlakuan khusus. Misalnya vitamin C yang harus disimpan di kemasan yang berwarna gelap untuk menghindari oksidasi. Penjual bisa saja tidak mengetahui hal ini kemudian mengemas produk dengan bahan aktif di wadah yang tidak semestinya. 



Dengan beberapa pertimbangan di atas, aku sendiri lebih memilih untuk membeli produk sample size dibanding share in jar. Tapi jangan khawatir, kalian tetap boleh kok membeli produk share in jar. Berikut tips membeli produk share in jar ala aku:
1. Pilihlah toko yang terpercaya dengan rating tinggi
2. Selalu tanyakan originalitas produk
3. Perhatikan higienitas toko, tanyakan alat sterilisasinya, kalau perlu minta bukti saat proses pengemasannya
4. Mintalah pembungkus ekstra untuk meminimalisasi paparan debu, kotoran, kuman saat proses shipping
5. Jika barang sudah sampai, cobalah untuk membandingkannya dengan produk asli yang ada di rumah atau lihat ciri-ciri produk yang asli di internet.



Sekian, semoga membantu ya Peeps~

Hello Peeps! Adakah yang mau langsung travelling setelah pandemi ini selesai? Kalau iya, simak ulasanku berikut ya. 


Langsre Amittie Natural Oil To Foam Cleanser
adalah produk  pembersih wajah 2in1 yang dapat dijadikan cleansing oil maupun cleansing foam. Menurutku produk ini praktis banget untuk dibawa saat travelling. Jadi, kalian enggak perlu ribet bawa-bawa dua cleanser berbeda di tas kalian. Tinggal bawa ini aja langsung cus deh!


Komposisi
Citrus Limon (Lemon) Fruit Extract, Glycerin, Cocos Nucifera (Coconut) Oil, Olea Europaea (Olive) Fruit Oil, Pottassium Hydroxide, Caryodendron, Orinocense Seed Oil, Simmondsia Chinensis (Jojoba) Seed Oil, Vaccinium Angustifolium (Blueberry) Fruit Extract, Eutrepe Oleracea Fruit Extract, Citric Acid, Leptospermum Petersonii Oil.


Kemasan
Produk pembersih wajah ini dikemas dalam botol pump berukuran 150gr. Ukurannya cukup bulky sih ya. Mungkin kalau mau dibawa travelling bisa dipindah ke tempat yang lebih kecil.

Desain botolnya simpel tapi tetap elegan. Botolnya sendiri transparan, jadi kita dapat melihat isi produk di dalamnya. Keterangan yang dicetak di belakang botolnya dituliskan dalam aksara hangeul. Jangan tanya, aku juga enggak ngerti artinya apa. Untungnya ada sedikit informasi mengenai produk (dalam bahasa) yang tertulis di label kecil yang ditempel di botolnya.

Oh iya, produk ini juga dilengkapi box loh! Tapi lagi-lagi semua tulisan di boxnya pakai bahasa Korea, duh L


Tekstur
Tekstur produk ini hampir mirip dengan tekstur cleansing oil pada umumnya. Bedanya saat dipijat di wajah, sensasinya enggak se-licin seperti pakai cleansing oil biasa. Agak ‘seret’ buat pijat-pijat wajah, jadi perlu effort lebih.

Saat diberi sedikit air, tekstur berminyak dari produk ini akan berubah menjadi busa-busa yang cukup lembut dan banyak.


Aroma
Dilihat dari komposisinya, sebenarnya kalian sudah bisa membayangkan aroma produk ini seperti apa. Yap, aromanya herbal banget dengan sedikit aroma seger dari citrus. Aku sendiri suka sama aroma model gini karena bikin pikiranku rileks setelah beraktivitas seharian.


Cara Penggunaan
1. Dalam keadaan kulit kering, ambil 2-3 pump Oil to Foam Cleanser
2. Pijat wajah dengan lembut (2-3 menit) untuk mengangkat makeup & sisa kotoran pada wajah
3. Basahkan tangan menggunakan air
4. Pijat lembut kembali wajah (2-3 menit) untuk mengaktivasi oil agar berubah menjadi foam, dan membersihkan wajah secara menyeluruh
5. Bilas menggunakan air dingin. Selesai!


Performa
Sesuai petunjuk penggunaan, aku menggunakan produk ini sebanyak 2-3 pump. Selain ‘seret’ alias enggak terlalu licin untuk memijat wajah, produk ini juga menimbulkan sensasi panas kalau aku memijat wajahku terlalu lama. Produk ini juga bikin wajah terasa ‘gerah’ jika tidak langsung dibilas.

Saat diberi sedikit air, produk ini akan berbusa. Jumlah busa yang dihasilkan cukup banyak. Begitu dibilas, aku cukup kaget dengan sensasi kesat yang ditimbulkan. Awalnya, kukira produk ini bakal bikin wajah jadi kering dan ketarik. Ternyata enggak sama sekali loh!

Kemampuan membersihkannya bisa dibilang sangat baik untuk sejenis cleanser 2in1. Hanya diusap sedikit saja, base make up seperti foundation langsung terhapus. Tapi untuk membersihkan lipmatte dan lipmousse serta make up waterproof lainnya, perlu diusap lebih keras dan lebih lama.

Aku sangat tidak merekomendasikan produk ini untuk membersihkan make up mata karena sensasi perih yang ditimbulkan produk ini jika masuk ke dalam mata.

Overall, kualitas produk ini patut diacungi jempol sih. Selain performanya cukup bagus, Langsre Amittie Natural Oil To Foam Cleanser ini juga bersertifikasi BPOM. Tapi sayangnya setelah beberapa hari penggunaan, wajahku mulai menunjukkan reaksi negatif. Muncul beberapa jerawat yang ‘mendem’ dan ukurannya juga cukup besar. Dugaanku sih karena aku enggak cocok sama salah satu diantara minyak-minyakan yang terkadung dalam produk ini.



Jika tertarik dengan produk ini, kalian bisa kunjungi ShopeeMall langsre.id atau klik tautan berikut.
https://shopee.co.id/Amittie-(by-Langsre)-Natural-Oil-to-Foam-Cleanser-150ml-i.24099389.345248218

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Hello, I’m Tata!
A public health student who loves skincare and make up so much.
Thank you for visiting my blog!

POPULAR POSTS

  • [REVIEW] One-Day’s you Pore Tightening Series
  • [REVIEW] Real Barrier Extreme Essence Toner : Toner Sekaligus Essence, Sangat Multifungsi!
  • [REVIEW] Aubree Brightening Treatment Serum

Categories

AUBREE BEAUTY ARTICLES Emina Fanbo Innisfree Jin Jung Sung Jumiso Lancome Langsre Madame Gie make p:rem N'Pure Naruko Nusantics One-Day’s you Real Barrier REVIEWS Sbcskin SNP TIA'M Vienna Wardah

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2021 (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Februari (2)
  • ▼  2020 (33)
    • ▼  Agustus (2)
      • Toxic Masculinity dalam Dunia Skincare
      • Skin Goals
    • ►  Juli (3)
      • Paraben Tidak Semenakutkan Itu!
      • [REVIEW] One-Day’s you Pore Tightening Series
      • [REVIEW] Jumiso All day Vitamin Brightening and Ba...
    • ►  Juni (3)
      • Kefir untuk Kulit : Manfaat, Efek Samping dan Cara...
      • Kontroversi Skala Komedogenik (Comedogenic Scale) ...
      • [REVIEW} Naruko Tea Tree Purifying Clay Mask & Cle...
    • ►  Mei (3)
      • Share in Jar VS Sample Size Skincare : Lebih Baik ...
      • [REVIEW] Langsre Amittie Natural Oil To Foam Clean...
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2019 (16)
    • ►  Desember (13)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  April (1)

FOLLOW ME

Laporkan Penyalahgunaan

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates