Kontroversi Skala Komedogenik (Comedogenic Scale) : Bukti Kelemahan Animal Testing?


Hello Peeps! Familiar dengan frasa ‘comedogenic scale’ atau ‘comedogenic rating’? Beberapa waktu lalu, aku membaca sebuah penelitian (publikasinya sudah lama sih) tentang comedogenic scale atau skala komedogenik. Ternyata eh ternyata, banyak miskonsepsi dan perdebatan tentang skala komedogenik ini loh. Mau tau? simak tulisanku berikut ya!


Apa itu skala komedogenik?
Sesuai namanya, skala komedogenik adalah skala (yaiyalah!) yang menunjukkan seberapa besar kecenderungan suatu bahan dapat menyebabkan timbulnya komedo. Seperti yang kita tahu, komedo terbentuk karena pori-pori yang tersumbat. Jadi, skala komedogenik juga dapat diartikan sebagai skala kecenderungan suatu bahan untuk menyumbat pori.

Ada enam skala komedogenik yang dimulai dari 0 hingga 5.
0 – Tidak menyumbat pori sama sekali
1 – Kemungkinan menyumbat pori sangat rendah
2 – Kemungkinan menyumbat pori cukup rendah
3 – Kemungkinan menyumbat pori sedang
4 – Kemungkinan menyumbat pori tinggi
5 – Kemungkinan menyumbat pori sangat tinggi

Komedo identik sekali dengan jerawat. Karena jerawat sendiri terbentuk oleh komedo yang meradang akibat infeksi bakteri (P.acne). Maka dari itu, kata non-comedogenic seringkali kita temukan pada klaim produk untuk acne-prone skin.


Kembali ke 1972
Saat itu, Kligman dan Mills memperkenalkan konsep acne cosmetica untuk pertama kalinya. Acne cosmetica merujuk pada jerawat yang muncul akibat penggunaan produk kosmetik dengan kandungan yang memicu timbulnya komedo. 

Tak lama setelahnya, mulai banyak peneliti yang mengembangkan model penelitian pada hewan untuk memprediksi aktivitas komedogenik pada manusia. Model yang paling sering dipakai yaitu ‘The rabbit ear model’. 
Telinga kelinci, yang mana lebih senstif dibanding kulit manusia, akan dioleskan bahan yang diuji. Setelah beberapa waktu, akan dilihat aktivitas penyumbatan pori yang terjadi. (Abis itu kita enggak tau nasib kelinci itu gimana!). Setelah dilakukan uji pada telinga kelinci, peneliti mengemukakan bahan-bahan yang menimbulkan komedo pada hewan, sebagai prediksi untuk manusia nantinya.

Sepuluh tahun kemudian, Kligman dan Mills kembali mempublikasikan penelitian yang menunjukkan bahwa tes yang dilakukan pada manusia hasilnya berbeda dengan tes yang dilakukan pada telinga kelinci. Menurutku, tes uji pada manusia juga bisa dibilang tidak terlalu valid karena kondisi kulit antara satu individu dengan individu lain pasti berbeda. Selain itu, sampel manusia yang diuji biasanya jumlahnya sedikit dan tidak mewakili populasi. Jadi, kemungkinan terjadi bias penelitian sangat besar.


Miskonsepsi skala komedogenik
Banyak yang mengira jika terdapat satu atau lebih bahan komedogenik di ingredient list suatu produk (misalnya coconut oil), sudah pasti produk tersebut komedogenik atau dapat menyumbat pori, sehingga tidak boleh dipakai oleh para pemilik kulit berjerawat. Konsep seperti ini jelas tidak benar. Faktanya, bahan yang memiliki skala komedogenik 4-5 pun akan tetap aman digunakan jika dalam konsentrasi rendah dan dilarutkan (dilute) dengan bahan lainnya. Maka dari itu, penting halnya untuk melihat ada di urutan keberapakah bahan dengan skala komedogenik tinggi tersebut. Jika ada di urutan akhir, fine-fine aja kok dipakai di kulit berjerawat.


Kalau begitu, skala komedogenik...
Skala komedogenik, yang berisi daftar bahan-bahan dengan kecenderungan menimbulkan komedo yang berbeda, tidak bisa dibilang tidak benar. Skala komedogenik bermanfaat untuk dijadikan preferensi sebelum menggunakan suatu produk kulit (terutama skala 4-5). Tapi, skala komedogenik juga bukan ukuran pasti bahwa produk tersebut menyebabkan komedo atau breakout pada kulit seseorang. Masih banyak faktor lain yang mempengaruhinya, seperti konsentrasi bahan serta  jenis dan kondisi kulit. Trust me, our skin is veryyy unique. Antara kulit individu satu dengan lainnya pasti berbeda. Apa yang cocok di orang lain, belum tentu cocok di kulit kalian. Apa yang hype dan bagus kata orang, belum tentu bagus bagi kalian. So, mari kita kenalan lebih dalam sama kulit kita sendiri!


FURTHER READ
A Re-Evaluation of the Comedogenicity Concept
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16488305/

1 komentar

  1. Aku sekarang mulai nggak masalah dengan label comedogenic/non comedogenic, karna menurutku yang paling penting tuh gimana kita bersihin produknya dengan double cleansing trus eksfoliasi secara rutin;)

    BalasHapus