Skincare Virus
  • Home
  • About Me
  • Content
    • Lifestyle
    • Beauty Articles
    • Reviews
  • Contact Us

Belakangan ini produk fermentasi sedang digandrungi oleh masyarakat karena memiliki segudang manfaat bagi tubuh. Tidak heran, kita dapat dengan mudah menemukan produk fermentasi dalam kehidupan sehari-hari , baik dalam olahan makanan, minuman, bahkan perawatan kulit.

Misalnya saja masker kefir yang sempat hype beberapa tahun lalu. Tapi apakah benar kefir dapat dijadikan perawatan kulit? Apa saja kandungan serta manfaatnya bagi kulit? Apa ada efek sampingnya? Untuk tahu jawabannya, yuk simak tulisanku berikut!

Overview

Kefir diduga berasal dari Caucacus, yaitu area diantara Laut Kaspia dan Laut Hitam. Secara tradisional, kefir dibuat dengan cara mencampurkan susu dengan ‘biang’ kefir. Susu yang digunakan dapat berupa susu kambing, sapi, domba, bahkan unta. ‘Biang’ kefir memiliki bentuk mirip dengan kembang kol yang mengandung kumpulan bakteri asam laktat, bakteri asetat, khamir, dan fungi.

Mikroflora (kumpulan mikroorganisme) yang terkandung dalam kefir bervariasi, tergantung jenis ‘biang’, media kultur, dan pengolahannya. Tapi umumnya kefir mengandung bakteri seperti Lactobacillus kefir, Lactobacillus kefirogranum, and species of leuconostocs, lactococci, lactobacilli dan fungi seperti Saccharomyces kefir, Candida kefir, and Torula spp.

Manfaat kefir untuk kulit

Selain probiotik, kefir juga  mengandung beragam komponen bioaktif seperti peptide, polisakarida dan asam organik yang memiliki peran penting dalam skincare. Berikut manfaat kefir bagi kesehatan kulit.

Mencerahkan kulit dan mencegah hiperpigmentasi
Kefir mengandung peptide dan asam laktat (lactic acid) yang mampu menekan produksi tyrosinase. Tyrosinase sendiri merupakan enzim untuk memproduksi melanin (pigmen kulit). Artinya, jika tyrosinase berkurang, pembentukan melanin pun akan terhambat sehingga hiperpigmentasi ataupun noda hitam dapat dicegah.

Mengatasi jerawat
Asam laktat dalam kefir mampu mencegah pertumbuhan bakteri penyebab jerawat, yaitu Propionibacterium acne. Diketahui bahwa P. acne tetap stabil dalam pH 5-8, jika kurang dari itu P. acne akan mati. Disini, asam laktat berperan menurunkan pH hingga kadar yang tidak dapat ditolerir P. acne sehingga efektif mengatasi jerawat.

Memperbaiki skin barrier
Probiotik yang terkadung dalam kefir salah satunya adalah Bifidobacterium. Seperti yang sudah pernah aku bahas, bifidobacterium dapat memperbaiki lapisan pelindung kulit yang rusak. Akibatnya, kulit kita akan menjadi lebih resisten terhadap gangguan fisik maupun kimia.

Efek samping

Efek samping yang umum dirasakan adalah tingling sensation, terutama bagi  mereka yang memiliki kulit sensitif. Hal ini karena kandungan asam laktat dalam kefir yang merupakan salah satu exfoliant dari jenis AHA (Alpha Hydroxyl Acid). Tingling sensation saat menggunakan kefir sangatlah wajar, sama halnya ketika kita menggunakan produk exfoliating lainnya. Ini membuktikan bahwa asam laktat sedang bekerja mengangkat sel kulit mati.

Penggunaan

Karena kandungan AHA-nya, kefir sebaiknya hanya digunakan 1-3 kali seminggu. Ini dilakukan untuk mencegah over-exfoliate yang membuat kulit kalian akan lebih sensitif nantinya.



Further Read
https://www.ajas.info/upload/pdf/147.pdf
https://www.sciencedirect.com/topics/food-science/kefir

Hello Peeps! Familiar dengan frasa ‘comedogenic scale’ atau ‘comedogenic rating’? Beberapa waktu lalu, aku membaca sebuah penelitian (publikasinya sudah lama sih) tentang comedogenic scale atau skala komedogenik. Ternyata eh ternyata, banyak miskonsepsi dan perdebatan tentang skala komedogenik ini loh. Mau tau? simak tulisanku berikut ya!


Apa itu skala komedogenik?
Sesuai namanya, skala komedogenik adalah skala (yaiyalah!) yang menunjukkan seberapa besar kecenderungan suatu bahan dapat menyebabkan timbulnya komedo. Seperti yang kita tahu, komedo terbentuk karena pori-pori yang tersumbat. Jadi, skala komedogenik juga dapat diartikan sebagai skala kecenderungan suatu bahan untuk menyumbat pori.

Ada enam skala komedogenik yang dimulai dari 0 hingga 5.
0 – Tidak menyumbat pori sama sekali
1 – Kemungkinan menyumbat pori sangat rendah
2 – Kemungkinan menyumbat pori cukup rendah
3 – Kemungkinan menyumbat pori sedang
4 – Kemungkinan menyumbat pori tinggi
5 – Kemungkinan menyumbat pori sangat tinggi


Komedo identik sekali dengan jerawat. Karena jerawat sendiri terbentuk oleh komedo yang meradang akibat infeksi bakteri (P.acne). Maka dari itu, kata non-comedogenic seringkali kita temukan pada klaim produk untuk acne-prone skin.


Kembali ke 1972
Saat itu, Kligman dan Mills memperkenalkan konsep acne cosmetica untuk pertama kalinya. Acne cosmetica merujuk pada jerawat yang muncul akibat penggunaan produk kosmetik dengan kandungan yang memicu timbulnya komedo. 

Tak lama setelahnya, mulai banyak peneliti yang mengembangkan model penelitian pada hewan untuk memprediksi aktivitas komedogenik pada manusia. Model yang paling sering dipakai yaitu ‘The rabbit ear model’. 
Telinga kelinci, yang mana lebih senstif dibanding kulit manusia, akan dioleskan bahan yang diuji. Setelah beberapa waktu, akan dilihat aktivitas penyumbatan pori yang terjadi. (Abis itu kita enggak tau nasib kelinci itu gimana!). Setelah dilakukan uji pada telinga kelinci, peneliti mengemukakan bahan-bahan yang menimbulkan komedo pada hewan, sebagai prediksi untuk manusia nantinya.

Sepuluh tahun kemudian, Kligman dan Mills kembali mempublikasikan penelitian yang menunjukkan bahwa tes yang dilakukan pada manusia hasilnya berbeda dengan tes yang dilakukan pada telinga kelinci. Menurutku, tes uji pada manusia juga bisa dibilang tidak terlalu valid karena kondisi kulit antara satu individu dengan individu lain pasti berbeda. Selain itu, sampel manusia yang diuji biasanya jumlahnya sedikit dan tidak mewakili populasi. Jadi, kemungkinan terjadi bias penelitian sangat besar.


Miskonsepsi skala komedogenik
Banyak yang mengira jika terdapat satu atau lebih bahan komedogenik di ingredient list suatu produk (misalnya coconut oil), sudah pasti produk tersebut komedogenik atau dapat menyumbat pori, sehingga tidak boleh dipakai oleh para pemilik kulit berjerawat. Konsep seperti ini jelas tidak benar. Faktanya, bahan yang memiliki skala komedogenik 4-5 pun akan tetap aman digunakan jika dalam konsentrasi rendah dan dilarutkan (dilute) dengan bahan lainnya. Maka dari itu, penting halnya untuk melihat ada di urutan keberapakah bahan dengan skala komedogenik tinggi tersebut. Jika ada di urutan akhir, fine-fine aja kok dipakai di kulit berjerawat.


Kalau begitu, skala komedogenik...
Skala komedogenik, yang berisi daftar bahan-bahan dengan kecenderungan menimbulkan komedo yang berbeda, tidak bisa dibilang tidak benar. Skala komedogenik bermanfaat untuk dijadikan preferensi sebelum menggunakan suatu produk kulit (terutama skala 4-5). Tapi, skala komedogenik juga bukan ukuran pasti bahwa produk tersebut menyebabkan komedo atau breakout pada kulit seseorang. Masih banyak faktor lain yang mempengaruhinya, seperti konsentrasi bahan serta  jenis dan kondisi kulit. Trust me, our skin is veryyy unique. Antara kulit individu satu dengan lainnya pasti berbeda. Apa yang cocok di orang lain, belum tentu cocok di kulit kalian. Apa yang hype dan bagus kata orang, belum tentu bagus bagi kalian. So, mari kita kenalan lebih dalam sama kulit kita sendiri!


FURTHER READ
A Re-Evaluation of the Comedogenicity Concept
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16488305/


Hello Peeps! Beberapa waktu lalu, aku dikirimkan dua produk skincare dari Naruko, yaitu Tea Tree Purifying Clay Mask & Cleanser in 1 dan Tea Tree Shine Control & Blemish Clear Mask (untuk sheetmasknya sudah aku review disini ya!).
Buat kalian yang belum tau, Naruko adalah salah satu brand skincare dari Taiwan yang mengusung konsep organic skincare, cruelty free dan paraben free. Menarik banget kan! Jujur, ini kali pertama aku mencoba produk skincare asal Taiwan loh, hehe.
Nah, sekarang aku akan mengulas produk dari Naruko yang bisa digunakan sebagai cleanser sekaligus clay mask. Multifungsi banget kan! Bagi kalian yang penasaran, langsung aja yuk simak ulasan dari aku!


Komposisi
Water, Kaolin, Lauryl Phospate, Lauryl Glucoside, Hectorite, Glycerin, Titanium Dioxide, Zinc PCA, Phenoxyethanol, Fragrance, Tremella Fuciformis Sporocarp Extract, Glycolic Acid, Jojoba Esters, Panthenol, Pentylene Glycol, Melaleuca Alternifolia (Tea Tree) Leaf Oil, Allantoin, Menthol, PEG-7 Glyceryl Cocoate, Sodium Benzoate, Kalanchoe Pinnata Leaf Extract, Camphor, Disodium EDTA, Polyquartenium-51, Tranexamic Extract, Mentha Viridis (Spearmint) Leaf Oil, Butylene Glycol, Piroctone Olamine, Hydrogenated Polydecene, Cetyl Ethylhexanoate, Iodopropynyl Butylcabamate, Arctium Lappa Root Extract, Melia Azadirachta Leaf Extract, Lens Esculenta (Lentil) Seed Extract, Retinyl Palmitate, Lecithin, Phospholipids, Artemisia Umbelliformis Extract, Calendula Officinalis Flower Extract, Camellia Sinensis Leaf Extract, Chamomilia Recituta (Matricaria) Flower Extract, Epilobium Fleischeri Extract, Ginkgo Biloba Leaf Extract, Glycyrrhiza Glabra (Licorice) Root Extract, Leontopodium Alpinum Extract, Peucedanum Ostruthium Leaf Extract, Scutellaria Alpina Flower/Leaf/Stem Extract, Potassium Sorbate, Sorbic Acid.

Yap, komposisinya memang tidak ‘ringkas’ ya. Berikut aku highlight beberapa komposisi pentingnya:
Brightening : Licorice Leaf Extract, Retinol, Tranexamic Acid
Anti acne : Licorice Leaf Extract, Melaleuca Alternifolia (Tea Tree) Leaf Oil, Retinol
Oil control : Kaolin, Allantoin, Menthol
Soothing : Green Tea Leaf Extract, Chamomile Flower Extract


Kemasan
Sama seperti produk Naruko lainnya, kemasan clay mask sekaligus cleanser ini desainnya sangat sederhana namun ‘enak dipandang’. Material botol tube-nya tidak seperti plastik pada umumnya yang keras dan bikin susah dipencet, melainkan materialnya lembut sehingga memudahkan kita mengeluarkan produk didalamnya. Tutupnya berjenis flip-top, jadi jangan khawatir bakal hilang.
Produk ini tidak dilengkapi dengan box. Namun, di bagian belakang botol sudah tertulis informasi yang sangat lengkap. Mulai dari kegunaan, cara pemakaian, komposisi, tanggal kadaluwarsa, hingga PAO produk. Semuanya ditulis dalam bahasa Inggris dan aksara Taiwan.


Aroma
Produk ini punya aroma pencampuran antara mint (dominan) dan tea tree. Sobat acne prone pasti sudah hafal lah ya aroma model begini. Aromanya juga tidak overwhelming dan tidak bikin pusing. I’m totally fine with the smell, malah aku suka karena kesannya lebih fresh.


Tekstur
Tekstur produk ini mirip banget sama tekstur-tekstur clay mask di luar sana, thick tapi mudah diratakan di wajah. Ada sedikit beads (butiran) kecil berwarna biru yang mungkin fungsinya sebagai scrub.


Cara pemakaian
1. Biarkan kulit agar tetap kering setelah dibersihkan
2. Oleskan masker pada wajah secara merata dan tebal hingga menutupi pori-pori, hal ini bertujuan untuk meningkatkan suhu permukaan kulit dan membantu pori-pori menyerap minyak dan kotoran. Diamkan selama 5 menit.
3. Pijat area T yang berminyak dengan sedikit air untuk mengatur keluarnya minyak serta membersihkan minyak dan kotoran. Gunakan masker ini sebagai masker deep cleansing seminggu sekali. 


Performa
Karena produk ini mengandung scrub, aku hanya pakai sekitar 2-3 kali seminggu. Walaupun butiran scrubnya tidak terlalu besar, tapi aku tetap tidak menyarankan pakai produk ini setiap hari (apalagi sebagai AM sekaligus PM cleanser).
Sesuai namanya, produk ini bisa digunakan dengan dua cara, yaitu sebagai clay mask dan sebagai cleanser. Aku sendiri lebih suka menggunakannya sebagai clay mask. Kalau dijadikan masker, aku biasa pakai cukup tebal (hanya di T-zone) kemudian aku diamkan 5 menit. Produk ini cepat kering kok, jadi pakainya tidak perlu lama-lama.
Efek yang aku rasakan setelah pakai produk ini adalah kemerahan di pipi berkurang. Pernah juga waktu itu di hidungku baru mau muncul jerawat. Y’all know, rasanya tuh gatal + sakit kalau dipegang. Aku inisiatif pakai ini malamnya sebagai clay mask. Amazingly, paginya si Calon Jerawat sudah tak ada di tempatnya!
Untuk dijadikan cleanser, aku biasanya pakai kalau merasa lagi butuh deep cleansing. Misalnya pas lagi make up berat, atau pas wajah lagi banyak clogged pores-nya. And it works! Aku selalu suka cleanser dengan scrub buat deep cleansing. Poin plusnya, produk ini mengurangi kemerahanku dan bikin wajah jadi lebih cerah setelah dibilas.
Oh iya, Purifying Clay Mask & Cleanser in 1 ini bikin wajah lumayan kering, tapi enggak sampai kerasa ‘ketarik’ kok. Jadi aku rasa tetap bisa digunakan di temen-temen yang tipe kulitnya kering, asalkan selalu gunakan produk yang melembabkan setelahnya.
pHnya memang tidak terlalu rendah macam cleanser pH balance di luar sana. Tapi masih di batas normal sabun kok, yaitu antara 6-7.




Over all, aku suka banget sama produk ini yang sukses nge-calming si Calon Jerawatku. Harganya sekitar Rp136.000 – Rp195.000 dan bisa dibeli di Shopee Mall Naruko Official, Website Naruko Indonesia, Sociolla, atau e-commerce kesayangan kalian. 


Membangun skincare regime yang baik memang perlu trial and error, terutama saat pertama kali mencoba suatu produk baru. Hal inilah yang dimanfaatkan banyak oknum untuk berinovasi menjual produk yang ukurannya mini, bisa sample/trial size, share in jar, maupun travel size. Ukuran produk skincare yang kecil ini memudahkan konsumen dalam banyak hal, misalnya:
1. Menilai mana produk yang lebih cocok
2. Meminimalisasi terbuangnya produk karena tidak cocok
3. Harga lebih terjangkau
4. Praktis dibawa saat perjalanan
5. Mengatasi rasa jenuh saat memakai satu produk saja


Seperti yang disebutkan di atas, ada berbagai jenis produk dengan ukuran kecil, yaitu share in  jar, travel size dan sample/trial size. Dilihat dari namanya, ketiga jenis ini tentu berbeda ya. Share in jar biasanya diproduksi oleh toko unofficial. Mekanismenya dengan membeli produk full size, kemudian dipindahkan ke tempat-tempat yang lebih kecil. Sedangkan, baik travel size maupun sample size biasanya diproduksi oleh toko official. Mekanismenya sama dengan produksi produk full size, hanya saja dikemas dalam kemasan yang lebih kecil.


Kekurangan Produk Share in Jar

Background photo created by freepik - www.freepik.com

1. Higienitas tidak terjamin
Produk share in jar tidak dikemas oleh pabrik yang terstandarisasi. Bisa saja terdapat tahap pengemasan yang kurang higienis, baik dari segi peralatan maupun pekerja yang mengemas. Misalnya penggunaan peralatan yang tidak steril, pekerja tidak mencuci tangan sebelum bekerja, bahkan bisa jadi ada pekerja yang berpotensi menularkan penyakitnya.

2. Harga lebih murah dibanding di toko official
Biasanya produk share in jar harganya lebih rendah dibanding produk sample/trial size. Hal ini bisa saja karena kemasan yang digunakan memiliki harga yang murah pula.

3. Tidak ada jaminan produk original atau tidak
Sekarang ini banyak sekali oknum tidak bertanggung jawab yang menjual produk KW alias palsu. Karena kita tidak mengetahui persis dari mana penjual membeli produk yang akan dijadikan share in jar, otomatis kita juga tidak bisa memastikan originalitasnya.

4. Manipulasi pencantuman tanggal kadaluwarsa dan PAO
Saat membeli produk share in jar, kita tidak tahu kadaluwarsa dan PAO produk. Bisa saja penjual salah ataupun memanipulasi tanggal kadaluwarsa atau PAO produk.

5. Kemasan tidak menunjang bahan aktif dalam skincare
Terkadang, suatu produk skincare mengandung bahan aktif yang memerlukan perlakuan khusus. Misalnya vitamin C yang harus disimpan di kemasan yang berwarna gelap untuk menghindari oksidasi. Penjual bisa saja tidak mengetahui hal ini kemudian mengemas produk dengan bahan aktif di wadah yang tidak semestinya. 



Dengan beberapa pertimbangan di atas, aku sendiri lebih memilih untuk membeli produk sample size dibanding share in jar. Tapi jangan khawatir, kalian tetap boleh kok membeli produk share in jar. Berikut tips membeli produk share in jar ala aku:
1. Pilihlah toko yang terpercaya dengan rating tinggi
2. Selalu tanyakan originalitas produk
3. Perhatikan higienitas toko, tanyakan alat sterilisasinya, kalau perlu minta bukti saat proses pengemasannya
4. Mintalah pembungkus ekstra untuk meminimalisasi paparan debu, kotoran, kuman saat proses shipping
5. Jika barang sudah sampai, cobalah untuk membandingkannya dengan produk asli yang ada di rumah atau lihat ciri-ciri produk yang asli di internet.



Sekian, semoga membantu ya Peeps~

Hello Peeps! Adakah yang mau langsung travelling setelah pandemi ini selesai? Kalau iya, simak ulasanku berikut ya. 


Langsre Amittie Natural Oil To Foam Cleanser
adalah produk  pembersih wajah 2in1 yang dapat dijadikan cleansing oil maupun cleansing foam. Menurutku produk ini praktis banget untuk dibawa saat travelling. Jadi, kalian enggak perlu ribet bawa-bawa dua cleanser berbeda di tas kalian. Tinggal bawa ini aja langsung cus deh!


Komposisi
Citrus Limon (Lemon) Fruit Extract, Glycerin, Cocos Nucifera (Coconut) Oil, Olea Europaea (Olive) Fruit Oil, Pottassium Hydroxide, Caryodendron, Orinocense Seed Oil, Simmondsia Chinensis (Jojoba) Seed Oil, Vaccinium Angustifolium (Blueberry) Fruit Extract, Eutrepe Oleracea Fruit Extract, Citric Acid, Leptospermum Petersonii Oil.


Kemasan
Produk pembersih wajah ini dikemas dalam botol pump berukuran 150gr. Ukurannya cukup bulky sih ya. Mungkin kalau mau dibawa travelling bisa dipindah ke tempat yang lebih kecil.

Desain botolnya simpel tapi tetap elegan. Botolnya sendiri transparan, jadi kita dapat melihat isi produk di dalamnya. Keterangan yang dicetak di belakang botolnya dituliskan dalam aksara hangeul. Jangan tanya, aku juga enggak ngerti artinya apa. Untungnya ada sedikit informasi mengenai produk (dalam bahasa) yang tertulis di label kecil yang ditempel di botolnya.

Oh iya, produk ini juga dilengkapi box loh! Tapi lagi-lagi semua tulisan di boxnya pakai bahasa Korea, duh L


Tekstur
Tekstur produk ini hampir mirip dengan tekstur cleansing oil pada umumnya. Bedanya saat dipijat di wajah, sensasinya enggak se-licin seperti pakai cleansing oil biasa. Agak ‘seret’ buat pijat-pijat wajah, jadi perlu effort lebih.

Saat diberi sedikit air, tekstur berminyak dari produk ini akan berubah menjadi busa-busa yang cukup lembut dan banyak.


Aroma
Dilihat dari komposisinya, sebenarnya kalian sudah bisa membayangkan aroma produk ini seperti apa. Yap, aromanya herbal banget dengan sedikit aroma seger dari citrus. Aku sendiri suka sama aroma model gini karena bikin pikiranku rileks setelah beraktivitas seharian.


Cara Penggunaan
1. Dalam keadaan kulit kering, ambil 2-3 pump Oil to Foam Cleanser
2. Pijat wajah dengan lembut (2-3 menit) untuk mengangkat makeup & sisa kotoran pada wajah
3. Basahkan tangan menggunakan air
4. Pijat lembut kembali wajah (2-3 menit) untuk mengaktivasi oil agar berubah menjadi foam, dan membersihkan wajah secara menyeluruh
5. Bilas menggunakan air dingin. Selesai!


Performa
Sesuai petunjuk penggunaan, aku menggunakan produk ini sebanyak 2-3 pump. Selain ‘seret’ alias enggak terlalu licin untuk memijat wajah, produk ini juga menimbulkan sensasi panas kalau aku memijat wajahku terlalu lama. Produk ini juga bikin wajah terasa ‘gerah’ jika tidak langsung dibilas.

Saat diberi sedikit air, produk ini akan berbusa. Jumlah busa yang dihasilkan cukup banyak. Begitu dibilas, aku cukup kaget dengan sensasi kesat yang ditimbulkan. Awalnya, kukira produk ini bakal bikin wajah jadi kering dan ketarik. Ternyata enggak sama sekali loh!

Kemampuan membersihkannya bisa dibilang sangat baik untuk sejenis cleanser 2in1. Hanya diusap sedikit saja, base make up seperti foundation langsung terhapus. Tapi untuk membersihkan lipmatte dan lipmousse serta make up waterproof lainnya, perlu diusap lebih keras dan lebih lama.

Aku sangat tidak merekomendasikan produk ini untuk membersihkan make up mata karena sensasi perih yang ditimbulkan produk ini jika masuk ke dalam mata.

Overall, kualitas produk ini patut diacungi jempol sih. Selain performanya cukup bagus, Langsre Amittie Natural Oil To Foam Cleanser ini juga bersertifikasi BPOM. Tapi sayangnya setelah beberapa hari penggunaan, wajahku mulai menunjukkan reaksi negatif. Muncul beberapa jerawat yang ‘mendem’ dan ukurannya juga cukup besar. Dugaanku sih karena aku enggak cocok sama salah satu diantara minyak-minyakan yang terkadung dalam produk ini.



Jika tertarik dengan produk ini, kalian bisa kunjungi ShopeeMall langsre.id atau klik tautan berikut.
https://shopee.co.id/Amittie-(by-Langsre)-Natural-Oil-to-Foam-Cleanser-150ml-i.24099389.345248218



"... siap-siap aja silaturahmi sama jerawat"

Hello Peeps! Siapa sih yang enggak kenal sama Ten Steps Skincare Routine ala Korea? Penggemar K-Beauty atau K-Drama pasti sudah pada tahu dong ya. Ten Steps Skincare Routine inilah yang digadang-gadang sebagai rahasia wajah mulus warga Korea. Namun, apakah kalian pernah meniru Ten Steps Skincare Routine tapi kondisi wajah kalian enggak berubah? Atau justru setelah melakukan Ten Steps Skincare Routine wajah kalian jadi tambah bermasalah? Bisa jadi kalian melakukan over-moisturizing tuh!

Untuk tahu selengkapnya tentang overmoisturizing ini, cek tulisanku berikut ya!


Over-moisturizing adalah kondisi dimana kulit mendapatkan kelembaban berlebih sehingga timbul beberapa masalah pada kulit seperti panu, jerawat, pori tersumbat, dan produksi sebum berlebih. Overmoisturizing bisa terjadi pada semua tipe kulit, baik normal, kering, maupun berminyak. Tinggal di daerah tropis yang memiliki kelembaban (humidity) tinggi juga dapat memperbesar risiko terjadinya over-moisturizing.


Apa tandanya kalau kita telah melakukan over-moisturizing?

1) Wajah menjadi lebih bermasalah dari sebelumnya

Designed by Freepik

Seperti yang aku sebutkan di atas, over-moisturizing bisa menyebabkan masalah kulit seperti jerawat dan panu. What, panu? Yap, kalian enggak salah dengar! Fungi penyebab panu sangat suka lingkungan yang lembab, termasuk kulit wajah sekalipun.
Over-moisturizing juga bisa menyebabkan sel kulit mati menumpuk dan mendorong kelenjar keringat memproduksi sebum berlebih. Kalau kedua hal ini bertemu dengan bakteri P. acne, siap-siap aja silaturahmi sama jerawat di wajah!

2) Pelembab wajah cepat habis



Bagi sebagian orang yang memilliki tipe kulit yang kering, tentu pelembab menjadi produk paling penting. Namun, terkadang seseorang menggunakan pelembab melebihi apa yang dibutuhkan oleh kulitnya. Selain boros, menggunakan pelembab berlebih juga bisa mengakibatkan over-moisturize. Kalau begitu, sebuah pepatah yang mengatakan “sesuatu yang berlebihan tidak selalu baik” sudah terbukti kebenarannya!


Berarti Ten Steps Skincare Routine ala Korea sesat, dong?

Eits, tunggu dulu Ferguso. Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan. Kita tahu, yang baik untuk orang lain, belum tentu baik untuk kita. Kalian boleh saja mencoba atau menerapkan tren Ten Steps Skincare Routine ini kok. Lagi-lagi, kenali kulit kalian sendiri. Jika kulit kalian menunjukkan perubahan positif, silakan lanjut. Tapi kalau malah tambah buruk, coba stop dulu. Cari tahu apakah yang memperburuk kondisi kulit kalian itu produk skincare-nya atau cara pemakaiannya?

Pengalamanku pribadi, tiap aku pakai produk yang bikin lengket dan terlalu lembab, keesokan harinya pasti timbul jerawat yang sakitnya luar biasa. Sebenarnya enggak heran sih kenapa aku sering over-moisturizing. Tidak lain dan tidak bukan adalah lokasi tempatku tinggal yang punya tingkat kelembaban yang cukup tinggi. Ditambah lagi aku enggak pasang AC di rumah.

Lokasi tinggal inilah yang membuatku enggan menerapkan Ten Steps Skincare Routine. Kalau kalian tinggal di daerah yang panas dan lembab, tren hits dari Korea ini mungkin bukan untuk kalian. Tapi semua ini balik lagi ya sama kondisi kulit kalian, makanya aku enggak pernah bosan untuk mengingatkan betapa pentingnya mengenali kondisi kulit sendiri.


Sekian dari aku, semoga bermanfaat~

Happy Ramadan Fasting!




Hello Peeps! Beberapa waktu lalu aku diberi kesempatan tim Naruko Indonesia untuk mencoba produk mereka. Buat kalian yang belum tau, Naruko adalah salah satu brand skincare dari Taiwan yang mengusung konsep organic skincare, cruelty free dan paraben free. Menarik banget kan! Jujur, ini kali pertama aku mencoba produk skincare asal Taiwan loh, hehe.

Karena wajahku acne-prone, aku dapat sheetmask dan face wash varian tea tree. Banyak banget teman-temanku yang bilang kalau sheetmasknya bagus buat kulit berjerawat. Langsung aja kita buktikan!


Tea Tree Shine Control & Blemish Clear Mask, merupakan produk yang telah teruji secara Dermatologi dan berfungsi untuk mencegah jerawat, menyeimbangkan kadar minyak di wajah, membersihkan jerawat mengencangkan pori dan menghidrasi kulit agar tetap lembut.


Komposisi
Water, Butylene Glycol, Ethyl Alcohol, Hamamelis Virginia Extract, Tranexamic Acid, Xanthan Gum, Sodium Citrate, Chlorphenesin, 2-Phenoxyethanol, Salicylic Acid, PEG-40 Hydrogenated Castor Oil, Serenoa Serrulate Fruit Extract, Lens Esculenta (Lentil)Seed Extract, Enantia Chloranta Bark Extract, Sodium Hyaluronate, Piroctone Olamine, Fragrance, Kalanchoe Spathulata Leaf Extract, Glycyrrhiza Glabra Root Extract, Scutellaria Alpina Flower/Leaf/Stem Extract, Peucedanum Ostruthium Leaf Extract, Ginkgo Biloba Leaf Extract, Artemisia Umbelliformis Extract, Leontopodium Alpinum Extract, Epilobium Fleischeri Extract, Calendula Officinalis Flower Extract, Chamomilla Recutita (Matricaria) Flower Extract, Camellia Sinensis Leaf Extract, Malaleuca Alternifolia (Tea Tree) Leaf Oil.


Kemasan


Personally, aku suka banget sama desain kemasannya. Desainnya simpel dan enak dipandang! Ukuran kemasannya juga cukup kecil dibanding kemasan sheetmask lainnya, irit tempat lah pokoknya. Di balik kemasan terdapat informasi mengenai produk seperti komposisi, cara pakai, tanggal kadaluwarsa, dan lain-lain. Semuanya ditulis lengkap menggunakan bahasa Indonesia, Inggris maupun aksara Taiwan.


Tekstur Essence dan Bahan Tissue
Sheetmask ini adalah jenis black-tissue mask. Jadi tissuenya warna hitam gitu, which is my all-time favorite sheetmask! Alasan aku suka banget sama black-tissue mask karena biasanya mereka punya cooling sensation yang lebih oke.

Untuk ketebalan tissuenya medium ya, enggak terlalu tebal maupun tipis. Daya lekatnya juga oke, gak merosot-merosot saat dipakai.


Sheetmask ini punya essence yang bening dan cukup cair. Essencenya juga melimpah ruah! Jadi bisa dipakai di badan juga hehe.


Aroma
Pas pertama dibuka, aroma sheetmask ini langsung tercium banget. Cukup strong menurutku. Wajar aja karena fragrance ada di urutan tengah skincare ingredientsnya. Aromanya sendiri  khas tea tree. Kalau aku pribadi sudah berteman lama sama tea tree, jadi sudah familiar dan terbiasa sama aromanya.


Cara penggunaan
Setelah membersihkan wajah, ambil masker.
Pakaikan masker pada wajah dimulai dari bagian atas ke bawah.
Gunakan jari untuk menekan air dari bagian tengah dahi ke samping. Atur agar masker bisa terpasang pas pada bagian hidung. Kemudian atur agar bagian bawah masker juga menempel dengan pas pada rahang.
Lepaskan masker setelah 5-10 menit dan lanjutkan dengan perawatan rambut


Performa
Sheetmask ini enak banget dipakai pas lagi ada jerawat hormonal! Cooling sensationnya bener-bener super! Bahkan tanpa ditaruh di kulkas sebelumnya, tetap terasa dingin di wajah. Bikin rileks jerawat yang nyut-nyutan!

Aku menggunakan sheetmask ini selama 20-25 menit. Gak sesuai anjuran karena terlalu nyaman sama cooling sensationnya hehe. Tiap tissuenya terasa kering, aku selalu tambahin sisa essence di kemasan. Oh iya, selama pemakaian juga gak timbul sensasi gatal atau mengganggu yang lainnya.

Setelah dilepas, aku tap-tap sisa essence di wajah hingga terserap sempurna. Kalau lagi rajin, aku pijat wajahku dengan facial roller sampai sisa essence di wajahku terserap sempurna. Setelah meresap, baru aku lanjut dengan pelembab deh.


Perubahan yang paling aku notice setelah memakai sheetmask ini yaitu jerawat hormonalku jadi lebih kalem. Wajah juga jadi lebih fresh dan cerah. Kemerahan pun jauh lebih berkurang. Klaim oil-controlnya juga no tipu-tipu. Mantap!

Tapi sayangnya sheetmask ini masih kurang melembabkan bagiku. Jadi harus dilayer dengan pelembab dan sleeping mask lagi setelahnya.


Jika tertarik dengan sheetmask ini, kalian bisa klik tautan berikut!
https://naruko.co.id/detail-product/166/tea-tree-shine-control--blemish-clear-mask-1-pc.html








Hello Peeps! Pernah dengar istilah ‘fungal acne’ sebelumnya? Well, penyebutan ‘acne’ disini sebenarnya agak kurang tepat ya. Walaupun bentuknya mirip dengan jerawat, fungal acne ternyata berbeda dengan jerawat loh! Jerawat umumnya disebabkan oleh bakteri (baca penjelasan lebih lanjut disini), sedangkan fungal ‘acne’ disebabkan oleh khamir (yeast). Nah, khamir ini adalah salah satu jenis jamur mikroskopik yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Mau tau selengkapnya tentang fungal ‘acne’ ini? Simak tulisanku berikut ini ya!

Fungal 'Acne'


Seperti yang telah aku mention di atas, penyebutan ‘acne’ dalam frase ‘fungal acne’ adalah sebuah kekeliruan. Faktanya, fungal ‘acne’ dalam dunia medis dinamakan Malassezia (Pityrosporum) Folliculitis. Malassezia Folliculitis adalah kondisi dimana populasi malassezia (sejenis khamir) pada kulit melebihi batas normal sehingga menimbulkan reaksi inflamasi dengan lesi mirip jerawat biasa (umumnya timbul pustula). Sedangkan jerawat biasa (acne) disebabkan oleh bakteri P. acne. Jadi, dilihat dari agen penyebabnya saja sudah beda ya teman-teman.


Faktor Penyebab

ScienceDirect
Seperti namanya, Malassezia Folliculitis disebabkan oleh salah satu jenis khamir yaitu Malassezia Furfur. Sama halnya dengan bakteri penyebab jerawat, P. acne, Malassezia Furfur juga merupakan flora alami kulit manusia. Maksudnya, dalam keadaan normal, M. furfur tetap ada pada permukaan kulit kita dan tidak menimbulkan penyakit apapun. Namun, ketika jumlah M. Furfur meningkat, maka kemungkinan besar akan menimbulkan penyakit pada kulit, termasuk fungal ‘acne’ dan panu (yap, panu!).

Meningkatnya jumlah agen penyebab fungal ‘acne’ disebabkan oleh beberapa hal seperti cuaca yang lembab, sekresi sebum dan keringat berlebih, immunosuppresion (imunitas melemah), hingga penggunaan antibiotik tertentu. Saat jumlah sebum di permukaan kulit berlebih, M. furfur akan mengubah sebum menjadi asam lemak bebas (free fatty acids), yang mana merupakan sumber nutrisinya. Nah, jika sumber nutrisi melimpah, otomatis M. furfur akan lebih mudah melakukan perbanyakan diri.


Perbedaan Fungal 'Acne' dan Jerawat Biasa

Karena memiliki lesi yang mirip, Malassezia Folliculitis a.k.a fungal ‘acne’ sering kali didiagnosis sebagai jerawat biasa. Maka dari itu, fungal ‘acne’ terkadang bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama akibat pengobatan yang tidak tepat. Berikut hal-hal yang membedakan fungal ‘acne’ dengan jerawat biasa:


1. Fungal ‘acne’ menimbulkan sensasi gatal (terutama saat berkeringat), sedangkan jerawat biasa tidak menimbulkan sensasi ini.
2. Tidak terdapat perubahan yang signifikan ketika diobati dengan obat jerawat biasa.
3. Sebaliknya, akan terjadi perubahan yang drastis ketika diobati dengan obat anti-fungi.

Karena perbedaannya yang amat sangat tipis, maka aku sangat menyarankan untuk mengunjungi dokter kulit untuk diagnosis yang lebih tepat.


Tips!

1. Jangan gunakan skincare yang terlalu lembab saat cuaca sedang panas
2. Hindari penggunaan galactomyces atau bahan fermentasi lainnya jika kalian memiliki riwayat eksim atau fungal ‘acne’
3. Gunakan bahan antifungal dalam skincare, seperti belerang, peppermint oil, tea tree oil, greentea, dan lain sebagainya.
4. Selalu lap wajah kalian dengan tissue atau sapu tangan (pastikan bersih ya) tiap kali berkeringat
5. Bagi yang menggunakan hijab, jangan lupa rutin ganti dan cuci hijab kalian ya!


Sumber

Jika kalian ingin membaca jurnal lengkap tentang Malassezia Folliculitis, klik tautan berikut ini: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3970831/

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Hello, I’m Tata!
A public health student who loves skincare and make up so much.
Thank you for visiting my blog!

POPULAR POSTS

  • [REVIEW] Real Barrier Extreme Essence Toner : Toner Sekaligus Essence, Sangat Multifungsi!
  • [REVIEW] make p:rem × CrediThink Tamanu Calming Serum
  • [SKIN A TO Z] Serba Serbi Fungal ‘Acne’

Categories

AUBREE BEAUTY ARTICLES Emina Fanbo Innisfree Jin Jung Sung Jumiso Lancome Langsre Madame Gie make p:rem N'Pure Naruko Nusantics One-Day’s you Real Barrier REVIEWS Sbcskin SNP TIA'M Vienna Wardah

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ▼  2021 (3)
    • ▼  Juli (1)
      • Iniskin Brightening Day and Night Cream : Moisturi...
    • ►  Februari (2)
  • ►  2020 (33)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2019 (16)
    • ►  Desember (13)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  April (1)

FOLLOW ME

Laporkan Penyalahgunaan

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates